Friday, 8 January 2010
Berteriak = Membunuh Karakter ! Mau Bukti ?
Kali ini, saya ingin bercerita tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal di sana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk apa? Kebisaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.
Inilah yang mereka lakukan, dengan tujuannya supaya pohon itu mati.
Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu. Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan, apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah ditumbangkan.
Kalau diperhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya. Akibatnya, dalam waktu singkat, makhluk hidup itu akan mati.
Nah, sekarang, Yang jelas dan perlu diingat bahwa setiap kali Anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang mematikan rohnya.
Pernahkah Anda berteriak pada anak Anda? orang dikeliling anda atau siapapun?
Ayo cepat ! cepetaaaaaan !
Dasar lelet ! Kayak keong aja lu !
Bego banget sih ! Begitu aja nggak bisa dikerjakan ?
Jangan main-main disini !
Berisiiiiiiiiiik ! diem, diem,diem ! aaaaah!
Atau, mungkin Anda pun berteriak balik kepada pasangan hidup Anda karena Anda merasa sakit hati ?
suami/istri seperti kamu nggak tahu diri ! ngaca dong ngaca !
Bodoh banget jadi laki/bini nggak bisa apa-apa ! bisanya Cuma minta,minta dan minta !
Aduuuuh, perempuan / laki kampungan banget siiiih !? gak makan sekolahan apa ?!
Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya :
Goblok, soal mudah begitu aja nggak bisa ngerkain ! Kapan kamu jadi pinter ?!
Atau seorang atasan berteriak pada bawahannya saat merasa kesal :
?Eh tahu nggak ?! Karyawan kayak kamu tuh kalo pergi aku nggak bakal nyesel !
Ada banyak yang bisa gantiin kamu !
Sial ! Kerja gini nggak becus ? Ngapain gue gaji elu ?
Ingatlah! Setiap kali Anda berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan -lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan Kita
Dalam kehidupan sehari-hari. Teriakan, hanya di berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, benar?
Nah, mengapa orang yang marah dan emosional mengunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka dekat bahkan hanya bisa dihitung dalam centimeter ?
Pada realitanya, meskipun secara fisik dekat tapi sebenarnya hati begitu jauh. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak! Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh orang yang dimarahi karena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.
Jadi mulai sekarang Jika Kita tetap ingin roh pada orang yang Kita sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Dengan berteriak kepada orang lain ada dua kemungkinan balasan yang Kita akan terima. Kita akan dijauhi atau Kita akan mendapatkan teriakan balik, sebagai balasannya.
sumber : Catatan Rumah Yatim Indonesia
oOo
Dari Anas r.a., “Aku telah melayani Rasulullah SAW selama 10 tahun. Demi Allah beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata hardikan kepadaku, tidak pernah menanyakan : ‘Mengapa engkau lakukan?’ dan pula tidak pernah mengatakan: ‘Mengapa tidak engkau lakukan?’”
(HR Bukhari, Kitabul Adab 5578, Muslim, Kitabul Fadhail 4269 )
Dari Jarir bin Abdullah r.a.: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang tidak dikaruniai sifat lemah-lembut, maka ia tidak dikarunia segala macam kebaikan." (HR. Muslim)
Ath-Thabrani, dengan sanad dari Abu Darda’ ra, meriwayatkan bahwa seorang laki-laki telah datang kepada Rasulullah saw mengadukan hatinya yang keras, maka beliau saw bersabda, “Apakah kamu suka jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah ia makan dari makananmu niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhamu terpenuhi.” (HR. Ath-Thabrani. Lihat Al-Matjar Ar-Rabih Al-Hafizh Ad-Dimyathi No.1509)
Mari kita lunakkan hati dan lembutkan Jiwa dengan bersedekah bersama Rumah Yatim Indonesia
Wednesday, 19 August 2009
Curhatan Karyawan Kopma Upn
Namun ada satu cerita yang tidak enak di dengar dan memprihatinkan. ini tentunya terkait dengan kesejahteraan karyawan baik secara materi maupun non materi. Mereka mengeluhkan bentuk kepengurusan saat ini yang katanya "Kurang Memperjuangkan Kopma"...... sepertinya kok acuh saja dengan keadaan kopma yang menurut mereka semakin tergusur dengan Ekspansi Usaha dari Badan USaha Universitas dan Koperasi Pegawai UPN. Mereka pun bilang, beda sekali model kedisiplinan sekarang dengan yang dulu. "Kalau dulu, pengurusnya ngasih tau itu kan juga di kasih contohnya, misalnya kalau minta karyawannya datang tepat waktu, tentu pengurusnya juga sudah stand by terlebih dahulu sebelum karyawan datang"... kalau sekarang "mereka minta kami datang tepat waktu, tapi terkadang mereka tidak on time", "bahkan pada saat salah satu dari kami protes dengan perilaku mereka, kami malah dituduh melempar kesalahan". "sebenernya bukan itu yang kami inginkan mas, tapi kami itu butuh teladan buat kami"..... Begitulah ungkapan hati salah satu karyawan yang masih peduli dengan masa depan kopma.
Dalam hati ini, saya merasa trenyuh dengan curhatan mereka. saya juga sempat berpikir, kalau misalnya kopma tergusur, sedangkan karyawan mengandalkan kopma untuk mencari pendapatan, siapa yang akan bertanggung jawab terhadap nasib mereka. Sungguh ironi benar kalau sampai itu terjadi. Saya pun sampai berkata, "mbak, ya kalau memang di kopma ndak cukup, jangan ngandalkan kopma aja mbak, coba cari yang lain", tapi tahu tidak apa kata mereka "kita wes terlanjur betah mas di sini, dah kayak rumah sendiri. lagian juga dah berumur mas, susah cari kerja di tempat lain". terucap di hati ini, "Masya Allah, betapa besar pengorbanan mereka untuk kopma, saya pun mengucapkan maaf dalam hati kepada mereka"
Mari kita renungkan nasib mereka, karena toh nasib kita jauh lebih baik dari pada mereka, dengan keadaan keluarga yang lebih mampu ataupun dengan penghasilan kita yang jauh lebih tinggi dari pada mereka. saya juga sempat berpikir, kenapa kok kita jadi acuh sama kopma... Apa mungkin kita ini kacang yang lupa dengan kulitnya... Silahkan untuk menjadi bahan renungan..
Semoga Allah mengubah Nasib mereka menjadi Lebih Baik...Amin.
Sunday, 26 July 2009
KERETA EKONOMI = KERETA RAKYAT = PANAS = SEMPIT ????
Sabtu 11 Juli 2009, pukul 11.30, karena pengen refresh otak….akhirnya dengan rada nekat memberanikan diri buat naek kereta KA Penataran Kelas Ekonomi tujuan Malang Blitar – Kediri – Tulung Agung. Harga tiket keretanya, wow…murah banget, Cuma Rp.4.500,- aja. Kalau dibandingkan dengan bus, tentunya lebih murah 50%. Terdengar pengumuman dari petugas Stasiun Kereta Api Waru bahwa KA Penataran Tujuan Malang – Blitar – Kediri – Tulung Agung akan tiba. Yang naik kereta ini dari Stasiun Waru Cuma sedikit, tapi……setelah masuk ke dalam gerbong kereta. Masya Allah.....bejubel banyak orang. Aduuuuh sempit, panas, gak bisa duduk....kalo berdiri terus pegel.....banyak yang lesehan, orang jualan mondar mandir terus sambil bilang ”seribu seribu seribu, sate kerangnya mbak bu pak, seribu seribu seribu”.... kata penjual sate kerang, ”sayang anak...sayang anak...sayang anak, Cuma 5rb Cuma 5 rb, sayang anak...sayang anak...buku matematika bu...buat anaknya”...kata penjual buku. Belum lagi ada cerita-cerita miring kalau di kereta itu lahan panen buat para pencopet. Mulai dari pencopet kelas teri sampai pencopet kelas kakap (ada pencopet yang cantik juga lho).
Itu semua terjadi selama perjalanan dari Stasiun Waru ke kota Malang ± 2 jam #!@#$@#$@#$@34 huff capek berdiri terus.......
Tapi semua itu banyak menimbulkan pertanyaan. Apakah mereka (yang mampu dalam segi ekonomi) merasakan hal yang sama (berpergian dengan kereta ekonomi). Terkadang menurutku semua ini tidak adil. Tidak semua orang bisa merasakan fasilitas yang baik di negaranya sendiri. Siapa yang bisa bayar mahal, sudah pasti bisa merasakan dinginnya AC, nikmatnya snack, empuknya kursi yang bisa di naik turunkan sandarannya, dapat selimut, dan mendapatkan pelayanan yang ramah dari para pelayan di dalam kereta dan kenyamanan-kenyamanan lainnya. Apa ada yang salah dengan semua ini? Siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas hal kecil ini? Sudah barang tentu adalah pengurus negara ini, merekalah yang berkewajiban memanage semua ini. Jangan mengkambing hitamkan Anggaran ........Anggaran ............Anggaran yang tidak pernah di ACC di DPR ato dimanapun. Ingat, kereta api juga digunakan untuk hajat hidup orang banyak. Buat presiden dan pejabat – pejabat lainnya, jangan merasa nyaman dengan segala fasilitas mewah yang anda terima, semua itu anda dapatkan di atas kesulitan orang lain. Tentu anda akan percaya bahwa ada kehidupan setelah mati.