Tanggal 16 Agustus 2009 kemaren, kebetulan saya lagi liburan dan menyempatkan maen ke salah satu toko di kopma upn. dan seperti biasa, yang saya temui hanya karyawan saja. Untuk bisa bertemu pengurus kayaknya harus bikin janji dulu. ha3x. Saya sempat ngobrol banyak dengan karyawan dari mulai kabar mereka sampai dengan masalah pribadinya. Ternyata asyik juga ngobrol dengan karyawan, bahkan mereka juga bercerita kalau masih sering menjalin komunikasi dengan karyawan yang telah resign dari kopma upn.
Namun ada satu cerita yang tidak enak di dengar dan memprihatinkan. ini tentunya terkait dengan kesejahteraan karyawan baik secara materi maupun non materi. Mereka mengeluhkan bentuk kepengurusan saat ini yang katanya "Kurang Memperjuangkan Kopma"...... sepertinya kok acuh saja dengan keadaan kopma yang menurut mereka semakin tergusur dengan Ekspansi Usaha dari Badan USaha Universitas dan Koperasi Pegawai UPN. Mereka pun bilang, beda sekali model kedisiplinan sekarang dengan yang dulu. "Kalau dulu, pengurusnya ngasih tau itu kan juga di kasih contohnya, misalnya kalau minta karyawannya datang tepat waktu, tentu pengurusnya juga sudah stand by terlebih dahulu sebelum karyawan datang"... kalau sekarang "mereka minta kami datang tepat waktu, tapi terkadang mereka tidak on time", "bahkan pada saat salah satu dari kami protes dengan perilaku mereka, kami malah dituduh melempar kesalahan". "sebenernya bukan itu yang kami inginkan mas, tapi kami itu butuh teladan buat kami"..... Begitulah ungkapan hati salah satu karyawan yang masih peduli dengan masa depan kopma.
Dalam hati ini, saya merasa trenyuh dengan curhatan mereka. saya juga sempat berpikir, kalau misalnya kopma tergusur, sedangkan karyawan mengandalkan kopma untuk mencari pendapatan, siapa yang akan bertanggung jawab terhadap nasib mereka. Sungguh ironi benar kalau sampai itu terjadi. Saya pun sampai berkata, "mbak, ya kalau memang di kopma ndak cukup, jangan ngandalkan kopma aja mbak, coba cari yang lain", tapi tahu tidak apa kata mereka "kita wes terlanjur betah mas di sini, dah kayak rumah sendiri. lagian juga dah berumur mas, susah cari kerja di tempat lain". terucap di hati ini, "Masya Allah, betapa besar pengorbanan mereka untuk kopma, saya pun mengucapkan maaf dalam hati kepada mereka"
Mari kita renungkan nasib mereka, karena toh nasib kita jauh lebih baik dari pada mereka, dengan keadaan keluarga yang lebih mampu ataupun dengan penghasilan kita yang jauh lebih tinggi dari pada mereka. saya juga sempat berpikir, kenapa kok kita jadi acuh sama kopma... Apa mungkin kita ini kacang yang lupa dengan kulitnya... Silahkan untuk menjadi bahan renungan..
Semoga Allah mengubah Nasib mereka menjadi Lebih Baik...Amin.
Namun ada satu cerita yang tidak enak di dengar dan memprihatinkan. ini tentunya terkait dengan kesejahteraan karyawan baik secara materi maupun non materi. Mereka mengeluhkan bentuk kepengurusan saat ini yang katanya "Kurang Memperjuangkan Kopma"...... sepertinya kok acuh saja dengan keadaan kopma yang menurut mereka semakin tergusur dengan Ekspansi Usaha dari Badan USaha Universitas dan Koperasi Pegawai UPN. Mereka pun bilang, beda sekali model kedisiplinan sekarang dengan yang dulu. "Kalau dulu, pengurusnya ngasih tau itu kan juga di kasih contohnya, misalnya kalau minta karyawannya datang tepat waktu, tentu pengurusnya juga sudah stand by terlebih dahulu sebelum karyawan datang"... kalau sekarang "mereka minta kami datang tepat waktu, tapi terkadang mereka tidak on time", "bahkan pada saat salah satu dari kami protes dengan perilaku mereka, kami malah dituduh melempar kesalahan". "sebenernya bukan itu yang kami inginkan mas, tapi kami itu butuh teladan buat kami"..... Begitulah ungkapan hati salah satu karyawan yang masih peduli dengan masa depan kopma.
Dalam hati ini, saya merasa trenyuh dengan curhatan mereka. saya juga sempat berpikir, kalau misalnya kopma tergusur, sedangkan karyawan mengandalkan kopma untuk mencari pendapatan, siapa yang akan bertanggung jawab terhadap nasib mereka. Sungguh ironi benar kalau sampai itu terjadi. Saya pun sampai berkata, "mbak, ya kalau memang di kopma ndak cukup, jangan ngandalkan kopma aja mbak, coba cari yang lain", tapi tahu tidak apa kata mereka "kita wes terlanjur betah mas di sini, dah kayak rumah sendiri. lagian juga dah berumur mas, susah cari kerja di tempat lain". terucap di hati ini, "Masya Allah, betapa besar pengorbanan mereka untuk kopma, saya pun mengucapkan maaf dalam hati kepada mereka"
Mari kita renungkan nasib mereka, karena toh nasib kita jauh lebih baik dari pada mereka, dengan keadaan keluarga yang lebih mampu ataupun dengan penghasilan kita yang jauh lebih tinggi dari pada mereka. saya juga sempat berpikir, kenapa kok kita jadi acuh sama kopma... Apa mungkin kita ini kacang yang lupa dengan kulitnya... Silahkan untuk menjadi bahan renungan..
Semoga Allah mengubah Nasib mereka menjadi Lebih Baik...Amin.